MINECRAFTER VOL. 3 - Bab 10: Pasangan unik
Bab 10: Pasangan unik
“huh huh
huff…”
Napas
berhembus lelah menerpa.
*bruk
“Iruma!”
Seru ia berlari setengah tergopoh-gopoh menghampiri partnernya.
[71%]
Iruma, Ore Seeker Lv. 36
“Poin
waregnya masih penuh…” Gumannya membaca beberapa baris statistik vital milik
partnernya.
“Iruma!
Irma!” Ujarnya kembali.
Ia merespon
setelah namanya disebut berkali-kali, mengacungkan tangan secara simbolis dan
berujar, “Nggak-nggak. Aku nggak apa-apa. Sungguh.”
“Demi
skripsi rasanya kayak nyawa kelebat.” Ujarku seraya memakan daging masak.
“Irma, aku
makan bagian ini yo.”
“oke oke.
Aku udah kenyang ko lagian.”
“Makassiiih!
Tadi kamu ngomong apa? Aku nggak begitu denger tadinya.”
Aku cepat
menggeleng, “tadi hanya ngelindur biasa. Kecapean.”
Malam
kemarin beneran mencekam seperti suasana game World War Z. Fajar tiba, saking
lemesnya aku akhirnya berhasil bertahan, tubuh avatar ini meskipun statistiknya
harusnya masih kuat berdiri tapi psikis penggunanya menolak ingin merebahkan
diri.
Fajar tiba,
zombi mulai merasa terancam terbakar sinar matahari karenanya. Perlahan mereka
menyingkir, bubar jalan. Entah kemana, bersembunyi dalam gua, atau mencari
tempat perlindungan dari cahaya matahari. Karena zombi bila terkena paparan
sinar cahaya matahari ia akan terbakar, poin nyawa miliknya lambat laun berkurang
dan sirna habis.
“stok habis
seketika semalam. Makanan yang aku perkirakan betah sampai tiga hari, sirna
semalam suntuk.” Ujarku pelan seraya mengecek kotak stok tempat penyimpanan
makanan.
“Yukina.
Aku minta tolong,”
“Okee.”
*srat *syat
Mulai dari
berlari, menyerang, melompat, sampai menyarungkan senjata kembali ia lakukan
dengan estetik rasa akrobatik. Rasanya seni dua pedang yang ia gunakannya
semakin berkembang. Terlebih selama petarungan bertahan hidup semalam suntuk,
membuatnya cukup menghafal pola rotasi skill serang untuk selalu siap bila
dalam keadaan terhimpit sekali pun.
Malam
membunuh menebas dua tiga empat zombi seolah sudah biasa. Apa lagi pagi ini, ia
menebas beberapa binatang buas untuk mendapatkan barang makanan? Udah pasti
easy banget.
Aku meminta
si Yuki untuk berburu hewan. Apapun itu selagi ia tidak memotongnya dengan
sadis terbelah sana sini. Bukannya merasa kasihan dengan hewan yang ada di
sini. Lagi pula mereka semua adalah data yang terprogram, mereka binatang biasa
mungkin tidak mempunyai perintah untuk melawan menyerang balik bila terkena
serangan. Hanya berlari meringkik kabur ketika mendapati ada sesuatu yang
melukai dirinya.
Kalau
misalnya si Yuki menebas rapi tubuh binatang, aku tidak akan dapat menyesuaikan
irisan potong daging tersebut. Harusnya bisa, tapi aku udah mencobanya
kemarin-kemarin, hasilnya nihil.
“Irma, ini
dua ekor ayam sama tiga ekor dombanya.” Ujarnya seraya membuka menu, menekan
beberapa runtutan tombol melayang, kemudian muncul notifikasi,
Ayam
Mentah (2x), Domba mentah (3x) dari Yukina. Terima?
“oke oke.
Makasih.”
Ia
menyunggingkan senyum kemudian berpaling, “Aku cari lagi ya!”
“Jangan
jauh-jauh. Ingat, kita belum punya kompas!”
“Oke oke!”
Daging ini,
kalau di dunia nyata harus dibubutin dulu. Khususnya kayak daging ayam mentah
yang masih banyak bulunya, dan juga daging dombanya. Tapi kalau di sini, semua
sudah instan. Tinggal menyulutkan obor, memasukkannya ke dalam tungku pengapian
lalu tunggu sampai alarm memberitahu.
Sebongkah,
bukan maksudku sekerat daging lembu aku keluarkan. Kemudian tangan kanan
mengiris daging nyaris keras nan alot dengan pisau dagger yang biasa aku pakai
untuk bertarung. Tenang, di sini aku bisa menjamin nggak ada yang namanya virus
atau bakteri.
Jadi, mau
dagger ini habis aku pakai buat bunuh zombi sekalipun kiranya virus &
bakteri belum ada entitasnya di sini. Mengingat ini masih beta. Kamu tahu,
kalau misalnya virus & bakteri ditambahkan. Maka developer harus memberikan
banyak rentetan kode pemrograman untuk mengurus tiap individu virus &
bakteri yang berukuran mikro dan banyak, itu bukanlah hal yang mudah.
“daging ini
gede banget. Harusnya ini cukup buat tiga malam. Apalagi kalau yang makan hanya
dua orang.” Gumanku pelan.
“daging
lembu.. domba…”
“domba…”
“domba…
daging gede…”
“daging
gede, badan gede…. Tunggu.”
“wool?
Dimana woolnya?”
Berawal
berguman ringan, teringat kalau domba bila dibunuh harusnya memberikan item
drop berupa daging(wajib) dan wool(opsional). Sekalipun opsional, ini si Yuki
memberikan tiga daging domba mentah. Harusnya ada setidaknya satu wool yang drop
untuk bisa dijadikan bed/ranjang.
Bed/ranjang/tempat
tidur. Tergantung daerah kalian menyebutnya seperti apa. Dalam minecraft,
ranjang atau bed adalah sesuatu yang penting untuk taktik bertahan hidup. Salah
satu cara untuk melompati malam yang horor nan jeram adalah dengan tidur
menggunakan bed atau ranjang.
Entah kalau
misalnya dalam minecraft vr ini berbeda sistemasi skip malamnya, screw it
all those. Setidaknya mungkin kalau punya bed atau ranjang, pasti ada cara
buat nge-skip malam. Aku nggak mau setiap malam harus ambil gagang dagger,
nyabet sana-sini. Meski itu termasuk farming, tapi ini basisnya sudah fulldive.
Tubuh bisa capek.
“Oi.
Yuki..” Aku berujar.
Ia berburu,
cukup jauh. Instingku bahkan tidak dapat merasakan keberadaannya. Aku harap ia
baik-baik saja. Para mob aku perhatikan, mereka kebanyakan mengincar si Yuki.
Entah kenapa, apa karena ia membawa dua pedang, lalu ia diincar karena bersikap
agresif?
*slice
Pengalaman
memasak meningkat!
Salah satu
tungku perapian terhenti tiba-tiba. Biasanya hal ini terjadi karena api mati
karena arangnya habis atau bertepatan dengan selesainya proses pengapian.
Pengalaman
memperbaiki meningkat!
[Kinasih
Iron Sword]
Pedang si
Yuki udah jadi. Aku melebur menyabung bilah pedang yang patah dengan bilah
leburan besi, nggak mengira proses repair/memperbaiki seribet ini.
Pegangan
pedang terukir rapi, aku berani mengira ini pasti dibuat oleh pandai besi yang
berpengalaman. Sekalipun di minecraft ini, pengalaman sangat berpengaruh pada
hasil. Begitu sampai pertengahan bilah pedang, terdapat tambalan. Aku meringis
lihatnya.
Tambalan
yang nyolok banget, kasar dan tidak ada motif ukiran yang berbentuk uliran
utas. Jadi, kalau dilihat baik-baik akan terlihat bekas tambalan kalau pedang
ini sempat mengalami patah.
Semoga
cacad ini nggak mengurangi statistik apapun.
Siang
datang. Matahari bersinar dengan terik panasnya. Si Yuki belum kembali, apa
yang dilakukannya?
“Menu,
menu… party…. Yuki.” Seperti biasanya, aku reflek berguman sendiri ketika
mengutak-atik menu sampai akhirnya menemukan fitur pesan/chat.
Pesan:
Woolnya kamu dapet berapa?_
Talenta
miliknya swordman, apa talenta ini punya efek pasif memprovokasi lawan? Ia yang
paling sering mendapat damage karena serangan beberapa mob.
Talenta
[Swordman]
Status:
Belum dimiliki.
Deskripsi:
Mimpi menjadi seorang pendekar. Semangat yang kuat menjadi menggebu agar terus
setia menggenggam pedang sebagai senjata utama untuk menebas mengayun.
Perpaduan antara hasrat membunuh dan melindungi. Serangan yang bertubi menjadi
prinsip.
“Semalam
aku pakai dagger, tapi belum dapet juga? Parah.”
Talenta
‘Swordman’ pada fase ini hanya dapat diperoleh bila pengguna menggunakan pedang
sampai mendapatkan poin pengalaman cukup.
“skip.
Pedang. Aku nggak punya. Aku bahkan ndak bisa crafting pedang.”
Tapi Yuki
punya pedang ini, ia bilang mendapatkannya dari villager. Berarti villager di
sini mungkin lebih mirip seperti npc(non-playable-character) di game-game rpg.
Tempat yang aku huni saat ini rasanya jauh dari sosial, mungkin aku lebih mirip
menyebut diriku seperti player anti-sosial bila ketika nambang aku nggak
bertemu sama Yuki.
“aku harus
mencari villager. Nggak mungkin aku mengembangkan talenta ini sendiri.”
Notifikasi:
Yukina membalas pesan!
[Yukina:
Aku lupa, ada 7 wool. Harusnya tadi aku kasih sekalian. Hehe. Ini aku otw
pulang.]
“syukurlah.”
[Yukina:
Aku lapar. Kamu masak sesuatu kan?]
“hm..
daging lembu yang diasap harusnya ini cukup..” Ujarku seraya mengetik rentetan
kata-kata balasan.
Ia membalas,
[Yukina: Okee!! Otw otw!].
Sejenak
kemudian ia datang. Feeling akan kedatangannya seolah aku rasakan,
mungkin ini efek dari skill pasif dari talenta Ore Seeker.
“aku dapet
banyak! Malam ini bisa kuat sampai pagi ini!” Ujarnya semangat.
“nggak, nggak
kuat aku. Tadi dapet wool berapa? Tujuh kan?”
“iyap.
Tujuh. Mau buat bed mesti.”
“nah itu
tahu. Makanya, tadi aku sempet kaget. Woolnya belum kamu kasihkan.”
Ia segera
membuka menu, menekan beberapa panel. Kemudian muncul notifikasi
Domba
mentah (6x), Sapi mentah (5x), Leather (3x), Wool (10x) dari Yukina. Terima?
“tunggu, di
mana kau dapet ini semua? Apa ini kamu nyolong dari villager?”
“eh enggak
e.. tadi aku nemu banyak mob hewan. Di rerumputan ilalang. Ya udah babat aja.”
Jawabnya santai.
“woolnya
kayaknya cukup untuk buat bed dua orang. Tapi ini minecraftnya beda, kalau
misalnya sitematisnya skip malam harus tidur beneran dan alhasil malah jadinya
insomnia. Maka, mau nggak mau kita tetep kudu survive.”
“ya.. emang
gitu harusnya.”
“gimana.
Kamu mau game over?”
“nggak.
Eman banget kalau mati wayah gini. Baru awalan main, belum menjelajahi dunianya
udah mati duluan.”
Obrolan
singkat berakhir, kemudian dilanjutkan kami mengisi stamina dengan makan
beberapa potong daging yang telah aku masak sebelumnya.
“Irma.”
“Hm..”
Jawabku, selagi mengurus pembuatan bed/ranjang.
“menurutmu
game ini ada bug-nya nggak?”
“sistemnya
tersusun dari entah apa ini. Kalau misalnya ini game komputer, mungkin ada cara
untuk membuka konsol dan memasukkan kode teks perintah seperti kamu main
minecraft pake cheat.”
“semua yang
main minecraft mesti pernah utak-atik kode command. Aku masih inget buka
command untuk beralih game mode ketika lagi kepepet.”
“kalau
momentum pas mau mokad mesti?” Ujarku seraya tertawa.
“hehe. Nah
itu kamu tahu. Biasanya kan gitu, main minecraft sendiri, servernya di mode
cheat, terus kalau nyari itemnya sulit kemudian masukin kode command untuk
dapet item tersebut secara legal meskipun pake command.”
Pemain
minecraft, khususnya yang main di platform komputer. Pasti sering utak-atik
command, di mana mereka yang belum pernah menyentuh tentang runtutan kode
pemrograman, ia harus belajar secara otodidak untuk mendapatkan item yang
diinginkannya.
“ya.. aku
juga pernah. Nggak satu dua kali. Sering.” Jawabku.
“kalau
misalnya di minecraft ini ada cara untuk buka command. Mungkin bakal seru.”
“sudah
lewat dari seru lagi. Apalagi ini sudah kayak real/nyata. Seorang yang main
game ini sendirian dengan game mode creative. Ia akan serasa seperti tuhan di
sini, di dunianya sendiri.”
Game mode
creative dalam minecraft adalah mode di mana pemain memulai imajinasinya dan
kreatifitasnya untuk menciptakan sesuatu. Jadi, istilah gampangnya adalah god
mode. Nyawa tak terbatas, item apa aja punya, mob jenis hostile yang biasanya
ngelawan kalau ada pemain dengan game mode creative ia nggak bakal diserang,
dan hal apapun yang berhubungan dengan over powered.
Simpelnya
nyawanya dilindungi sistem, kekuasaan yang mutlak.
“iya ya.
Good bangetlah pokoknya.”
Pengalaman
crafting meningkat!
Crafting
berhasil! Bed didapatkan!
Ranjang
didapatkan dari hasil crafting sendiri. Bukan hasil nyolong nge-loot dari
perkampungan villager. Biasanya pemain minecraft yang kebetulan menemukan
perkampungan villager, ia akan menjarah apa yang ada dalam perkampungan
tersebut. Kalau di sini, menjarah mungkin rasanya tragis karena melihat Yuki
dapat pedang dari villager artinya villager pasti berbeda dibandingkan villager
di minecraft biasanya.
“Yuki, apa
sebelumnya kamu pernah nyoba nge-skip malam dengan tidur?”
“belumlah..
aku masuk kan sama seperti lainnya woi”
“oiya
ding.”
Bagaimana
sistematika tidur di minecraft ini? Biasanya skip-malam akan dilakukan bila
semua pemain mulai merebah tidur di bed mereka masing-masing, kemudian perlahan
layar mulai gelap dan tahu-tahu terang alias sudah pagi.
Kalau di
sini, apa kudu tidur seperti biasa sekalipun nggak ngantuk?
“kalau
dihitung, sudah 1 hari lebih nggak tidur secara on-time. Apa kamu ngerasa
ngantuk nggak?”
“enggak.
Ya, kalau ngantuk enggak. Capek iya. Biasanya rasanya kayak mau beraktifitas
tapi rasanya berat banget.”
“ini sudah
bukan alam bawah sadar. Masih sadar, tapi terkontrol oleh alat simulasi yang
langsung ke otak. Mungkin karena itu pemain nggak bakal merasakan kantuk.”
Gumanku pelan.
“Malam ini,
aku berencana untuk men-skip malam. Aku nggak kuat kalau harus nge-deffend
shelter ini semalam suntuk.”
Sistemasi
tidur harusnya dapat dilakukan ketika matahari sudah kompleks tenggelam,
perlahan rembulan mulai muncul, hari mulai gelap.
“yah.. oke
oke deh.”
“Ranjang
dua sudah aku buat, stok makanan masak sudah siap ada di kotak, Aku mau nebang,
ambil beberapa kayu. Selagi nunggu sampai sore. Lalu, kamu mau ngapain?”
“Jaga
shelter aja deh. Sore gini ndak ada mob hostile kan?”
“ya nggak
ada. Kalo gitu, tolong jagain shelter ini yo.” Ujarku seraya mengambil kapak
kayu dari kotak.
Ia
mengangguk cepat.
*krak!
*krak!
“Command..
konsol…”
*krak!!
“consol..”
*krak!!
Tiap kali
ujung kapak ini membacok pelan. Aku berguman. Tentang kode komando atau
istilahnya kode konsol. Minecraft memiliki sistem yang kompleks & absolut,
terlebih bila diterapkan dalam platform seperti ini.
Bagaimana
cara input konsol kalau model platformnya seperti ini? Maksudku, ini fulldive.
Input satu-satunya yang mutlak adalah dari otak yang diterjemahkan oleh alat
simulasi tadi.
Mendapatkan
2 oak log!
Mendapatkan
3 oak log!
“huh. Aku
bukan developer, kenapa mikir sampai situ?” Ujarku pelan seraya terus mengayun
kapak.
Singkatnya,
malam tiba. Beberapa spot gelap muncul, memberikan peluang untuk mob hostile
muncul.
“mob
laba-laba dari kemarin aku kok belum nemu yo?”
“kamu ini.
Kalau misalnya banyak ngepung seperti kemarin gimana coba? Spider itu badannya
nggak setinggi zombi atau skeleton.”
“nggak
gitu. Aku butuh mob laba-laba karena drop item-nya. Buat bikin busur.”
“Kalau
semisal aku punya busur dan panah, mungkin akan lebih mudah saat hunting.”
“kalo gitu,
mau berkelana? Nyari perkampungan villager? Biasanya ada villager yang
menawarkan tugas-tugas dan nanti tetep ada bayarannya.”
“apa kamu
tahu perkampungan villager dekat sini? Ada banyak item yang nggak bisa aku
crafting karena kurang pengalaman & bahan.”
“ini kamu
mau nge-loot villager?”
“kalau di
sini, nggak mungkin laya. Lihat ceritamu kamu dapet pedang dikasih oleh
Villager. Artinya villager di sini bukan villager biasa seperti di minecraft
aslinya.”
“oh aku
lupa bilang, pedangmu sudah aku tambal… ini.” Ujarku seraya mengambil bilah
pedang dalam kotak.
Yuki
mengambilnya, ia genggam kemudian dilihatnya sekilas. “makasih banget. Aku kira
pedang ini sudah nggak bisa dibetulin lagi.”
“Harusnya
nggak bisa. Tapi waktu aku nyoba untuk melebur beberapa besi dan menyesuaikan
bilah pedang yang terpotong itu, ternyata bisa. Aku harap tambalan itu nggak
memengaruhi statistik pedangnya.” Ujarku seraya menunjukkan bekas tambalan yang
mencolok.
“iya.
Kelihatan, ukirannya terpotong.” Balasnya seraya meraba ukiran sulur utas unik
yang melingkar di pinggiran bilah pedang. Namun terpotong karena patah.
Malam tiba.
Insting seperti biasanya, merasakan mob hostile berada di dekat kita. Meski
begitu, aku sama sekali tidak berniat untuk mengambil dagger, kemudian membuka
pintu, keluar dari persembunyian, lalu mulai menggila menebas menghancurkan
puluhan dagger yang sudah aku persiapkan sejak tadi.
Karena Aku
& Yuki sudah kubuatkan ranjang/bed. Kami sepakat untuk mencoba skip malam.
“Aku yakin
kamu sudah cukup lama main game minecraft. Jadi, ingat-ingat tempat &
lokasi tidurmu dimana. Maksudku ranjangmu.”
“oke oke.”
“lagian
kalau ini mati. Kita juga log out, jadi buat apa coba ranjang ini?” Gumanku
pelan.
Si Yuki
melepas pedangnya, memecah menjadi partikel yang berkumpul ke dalam avatarnya.
Artinya ia memasukkan pedangnya dalam inventori miliknya. Tanpa menunggu lama,
ia segera merebahkan diri di ranjang berwarna putih.
Ini semua hanyalah maya, aku tidur meskipun
sebenarnya aku sendiri aja ini fisiknya tidur. Tapi, aku nggak bisa lama-lama
di sini. Mengingat tubuh asliku yang terlelap di tempat fasilitas uji coba
kemarin.
Sembari aku bertahan hidup, aku harus segera
membuat banyak cerita.
Tidak ada komentar: