MINECRAFTER VOL. 3 - Bab 9: Pengguna Ganda

 

Bab 9: Pengguna Ganda

 

Menebas satu sama lain.

Bertahan hidup.

Sebuah game yang seharusnya dimainkan dengan relax, namun berubah mencekam seperti bertaruh nyawa mendatang.

 

“tidak ada cara lain.”

Ia berujar, sembari membuka menu. Beberapa jendela melayang berbaris di hadapannya. Ia segera mengetuk beberapa ikon, memindahkan beberapa ikon menuju kotak tertentu. Entah apa yang ia lakukannya di kondisi seperti ini apa ia mau mengambil sesuatu dari inventori, senjata yang over power seperti di cerita-cerita fantasi?

Sekilas setelahnya, runtutan jendela pun sirna. Sekujur tubuhnya bergemilau sekilas, walaupun tidak mencolok tetapi efeknya terlihat jelas dari pandanganku.

Gemilau partikel cahaya berkumpul, membentuk dan memanjang. Pinggir membentuk tabung pipih kecil silinder semacam gagang, sedangkan ujung yang lainnya meruncing lancip. Ia pasti mengeluarkan sesuatu dari penyimpanannya.

Sebuah pedang?

Cepat ia mengambilnya dan mengucap, “Barusan tadi aku mencapai cukup poin experience untuk membuka slot talenta kedua. Aku mengaktifkan dua slot itu dengan talenta swordman. Kamu tahu pasti apa yang terjadi?”

Swordman tambah swordman, ikonnya berbentuk logo pedang. Kalau digabung maka…

“penggunaan pedang ganda..”

“iya. Sementara aku akan menyerang. Tetapi dengan poin staminaku saat ini, tidak bertahan lama. Gunakan waktu ini untuk mengisi poin nyawamu.” Ujarnya seraya meluruskan kedua pedang yang digenggamnya gagah kedua tangannya.

“dari mana ia dapat pedang itu? Ia bilang kalau pedang besi yang patah tadi adalah pedang satu-satunya.” Gumanku.

Ia merangsek maju seolah mengabaikan baris nyawa yang tersisa mungkin kurang dari separuh. Tetapi ia menggunakan dua bilah pedang, seharusnya ketepatan serangnya pasti meningkat.

 

Saat ini kamu menggunakan semua kedua slot talentamu dengan talenta utama, miner. Kombinasi ini memberikan talenta baru, yakni Ore Seeker, evolusi kedua dari Miner. Apa kamu ingin menggunakannya?

Menu, talenta. Aku berencana untuk ikut membukanya. Beberapa saat yang lalu, aku juga mendapatkan notifikasi kalau aku mendapatkan poin pengalaman yang cukup untuk membuka slot kedua dari talenta. Lalu apa yang terjadi, bila talenta/bakat miner bergabung dengan bakat miner, dan menghasilkan talenta kombinasi yang baru. Yakni Ore Seeker?

Talenta [Ore Seeker]

Penasaran menuntun diri untuk mencapai kenaikan tingkat dimana ia dapat menangguhkan dua kapak tambang dalam proses penambangannya. Beradaptasi adalah kesehariannya, memadukan dunia bawah tanah dengan permukaan adalah kewajiban kesehariannya.

Pengguna dengan bakat/talenta ini, membuka kemampuan dual wielding(menggunakan dua alat sekaligus).

Tanpa ragu, selesai membaca deskripsi, segera menekan ‘yes’. Barulah momentum yang sama aku rasakan ketika mengaktifkan talenta ‘miner’.

 

 

Malam ini, kami harus berjibaku, berjuang mati-matian, bertahan hidup. Kerumunan zombi ibarat pendemo di masa pandemi. Meski aku dengannya mempunyai sumber daya yang cukup tetapi bila terus menerus melakukan serangan sana-sini, akan tiba waktu dimana kami kehabisan makanan sebelum fajar tiba.

Aku saat ini seorang Ore Seeker (evolusi kedua dari talenta Miner/penambang) ketahanan meningkat tetapi hal ini tidak untuk pertarungan seperti ini. Mau tidak mau, aku harus menjadi tanker dimana menerima damage/kerusakan yang diberikan oleh zombi yang kebetulan lolos dari serangan si warrior cewek.

“arah jam 8!” aku menyeru.

Si cewek warrior meresponnya seketika, “ok!” sembari mengayunkan dua bilah pedang bermata duanya berbalik 180 derajat.

Darah berwujud cahaya kilatan mencuat. Ia seketika mundur dan bergantian menebas zombi lain yang berkerumun mulai mendekat base/shelter kami.

“ini ada yang aneh.” Ujarnya saat ia mengambil napas selagi diam. Berpapasan.

“rasanya gitu juga. Tapi, ngga ada waktu buat mikir itu. Tunggu, dari mana kau dapet itu pedang?” Balasku seraya melirik pedang mengkilat ketika berpapasan cahaya, pertanda kalau bilah tersebut terbuat dari bahan metalik memantulkan cahaya.

“ini? Pedang ini hadiah karena aku mengaktifkan dua talenta swordman yang digabung jadi talenta warrior.”

“Bruh..”

 

Pengalaman bertarung meningkat!

Pengalaman bertarung meningkat!

Notifikasi tersebut muncul berkali-kali, setiap aku berhasil menebas beberapa zombi dengan dagger. Serangan daggerku mungkin tidak berkembang, karena aku mengambil talenta yang satu alur dengan penambang/miner. Tapi nggak mungkin juga aku pake kapak tambang yang beratnya lumayan hanya untuk nge-bacok satu dua zombi.

“arah 12!” Teriakku lagi.

“ooke!” Balasnya berlari dan melompat akrobatik, menebas zombi yang berbaris dalam sekali tebas.

Nggak, bukan sekali tebas. Melainkan dua tebasan yang berurutan, karena ia menggunakan dua pedang.

“tadi kamu berlari? Staminamu bisa habis kalo kamu berlari terusan!” Ujarku.

“nggak, aku nggak lari. Kecepatanku bertambah kayaknya.”

Warrior. Evolusi kedua setelah Swordman. Efek yang paling mencolok adalah dapat menggunakan dua pedang, kecepatannya bertambah, mungkin skillnya juga berkembang.

“menu, talenta.. talenta.. Daftar..” Aku berguman, seraya membuka menu.

Talenta saat ini: Ore Seeker (Advanced)

Pandanganku kini tertuju pada baris-baris deskripsi yang menerangkan tentang detilnya talenta yang aku gunakan.

 

*syat! *bruk!

“heh? apa itu tadi? Itu bukan suara zombi jatuh..” Ujarku menoleh.

Ia terjatuh tersungkur. Entah bagaimana bisa, aku nggak lihat. Seketika aku berlari sembari mengambil kapak tambang dan menghantamkan titik tajam kapak ini yang biasa aku gunakan untuk menghancurkan material bebatuan keras.

*prak

“anjer suaranya kayak retakan.” Ujarku melihat ujung kapak menancap ke salah satu kepala zombi.

Aku tarik, berkali-kali nggak ujung lepas juga. “kenapa mesti nancep juga sih.”

“um. Pake itu untuk ngelempar mereka.” Ujar cewek pedang.

“oke oke.”

*wush *brak

Rasanya tidak masuk akal, aku menggunakan kepala zombi lengkap beserta tubuh raganya yang menancap di kapak tambang ini untuk melempar gerombolan zombi lain. Tapi di dunia ini, kayaknya fisik tidak diperhitungkan. Yang penting adalah statistik poin & keyakinan.

Ia bersorak gembira begitu melihat zombi tersungkur berkerumun karena hantaman smackdown dari zombi yang aku lempar.

“gimana kamu bisa jatuh coba?” Ujarku mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit.

“hehe, tadi waktu aku ngayun pedang.. kayaknya meleset.. terus jatuh tersungkur.”

 

Kami melanjutkan formasi pertahanan. Bertahan untuk hidup, hidup untuk bertahan. Meskipun sebenarnya ini semua hanya permainan belaka, tetapi rasanya eman banget kalau dibiarkan mati dan selesai.

Walaupun kalau misalnya kami nggak bertahan, kami tidak mati secara nyata.

“aku nggak boleh mati sekarang atau ceritaku berakhir di sini dan tugas akhirku tidak dapat setebal skripsi. Nilai mempengaruhi” Gumanku berujar dalam hati menyulut semangat dalam diri.

Begitu juga dengan dia. Si warrior pedang ganda. Ia tetap terus semangat menebas sana-sini. Aku melihat pergerakannya saja tidak bisa membayangkan bagaimana lelahnya. Mungkin tubuh aslinya mesti berpeluh keringat.

Zombi yang berkerumun bertambah banyak layaknya meningkatnya level di tiap malamnya.

“ini kalau misalnya zombi sebuas ini ketika malam. Buas banget gini. Nggak mungkin ada orang yang mainnya solo bisa bertahan!” Seru ia sembari menebas, terus menebas.

Spot gelap kembali tiba. Salah satu zombi nampaknya menginjak obor yang menancap sehingga obor tersebut mati. Kegelapan mulai menyelimuti.

Sigap, aku menyulut obor. Mengangkatnya setinggi tinggi badan dengan tangan kiri, tangan kanan mencengkram kapak tambang dan bukan dagger.

“cover aku selagi mengembalikan obor yang mati!” Pintaku menyeru.

Ia mengangguk simbolis dan memfokuskan serangannya untuk melindungi melingkariku.

Menyalakan obor kembali, jarak pandang kembali pulih. Namun zombi tidak berkunjung berhenti menerkam kami.

 

Singkatnya kami masih bertahan. Rumah masih utuh, namun sedikit demi sedikit sumber daya makanan mulai menipis.

Meskipun dari kami nggak banyak terkena serangan/damage dari zombi-zombi. Tapi stamina kami terkuras cukup banyak untuk menyerang menebas sana-sini. Khususnya si warrior cewek itu, sumber makanan yang aku punya aku fokuskan kepada si cewek pengguna pedang ganda.

“Switch! Giliran aku yang men-deffend!” Pintaku setelah memakan beberapa potong daging masak dan kembali keluar rumah seraya mencengkram dagger.

“um um. Oke oke!” Ujarnya menyarungkan pedangnya, memberikan suara klang! Ketika berdesing dengan sarung pedang miliknya.

*syat! *syat!

“zombi ini nggak ada habisnya. Apa ada spawner di sekitar sini?” Gumanku seraya mengayunkan dagger berusaha menebas mengarah leher, tetapi meleset.

 

“cewek pedang. Di kotak itu, tinggal berapa dagingnya?”

“tinggal… ayam dua kayaknya.”

Dua ayam. Itu kalo aku iris bagi, menjadi sepuluh daging potong. Kalau dibagi dua, mungkin masih cukup.

“apa aku tadi kayaknya makannya kebanyakan kali ya? huhu..”

“nggak nggak. Kamu makan sampai baris nyawa penuh kan?”

“iyaa. Nggak tahu kenapa, kok punyaku yang paling boros ya staminanya.”

Wajar kali ya, kamu warrior. Banyak mengeluarkan skill, serangan sana-sini.

“oke oke… sekarang tinggal berapa persen poin wareg mu masih berapa persen?”

“masih… seperempat… sekitar 70 persenan.”

“sementara… kita ber-party dulu. Aku nggak bisa mantau baris nyawamu. Jadi..”

“harusnya dari tadi! Lagian, biar enak manggilnya. Nggak enak manggil aku pedang, warrior cewek!” Gerutunya.

“maap. Kalo gitu…”

Tombol kutekan, jendela muncul di depannya. Mungkin jendela persetujuan.

“Iruma. Namamu Iruma? Kamu nggak perkenalan ke Aku sebelumnya!” Gerutu ia lagi.

Aku meringis, menggigit bibir. Mengisyaratkan, “ya.. maaf. Reflek soalnya.”

Yukina menyetujui untuk membuat party denganmu! Nickname beserta statistik vital dapat dilihat dalam menu-party.

 

Namanya muncul. Di pojok kiri tengah.

[100%] Yukina, Warrior Lv. 34

“Iruma. Iruma.. Irma.”        

“kamu boleh manggil aku apapun. Selagi panggilan itu baik, itu saja.” Ujarku singkat.

“Irma.”

“Itu lebih baik.”

 

Tidak ada waktu untuk berbincang bersantai saat ini. Kami baru bercakap singkat saja, zombi sudah menggila masuk mengerumun. Berkat kemampuan pedang ganda yang dimiliki oleh cewek pe— maksudku si Yukina, tebasannya memberikan damage fatal pada zombi yang berkerumun berbaris.

Aku yang menggunakan dagger hanya bisa menyerang seadanya. Jarak pandang yang cukup terbatas, serangan yang tidak ber-damage seberapa. Bakat/talenta ‘Ore Seeker’ membuka kemampuan menggunakan alat di setiap genggaman tangan, alias penggunaan ganda.

Tapi nampaknya jenis serangan yang menggunakan dagger ini, tidak ada efek plus. Sehingga rasanya sama saja seperti aku menggunakannya dengan satu tangan atau dua tangan sekalipun.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.