MINECRAFTER VOL. 7 - BAB 21: MULTI THREAD
Bab 21: Multi thread
Masih
berlanjut, shift jaga malam dengan mob tanpa henti bermunculan. Dengan ini
prasangka kalau tingkat kesulitan dalam game ini berangsur naik semenjak
peristiwa seruan/shout yang mengumumkan selamat datang dan cara satu-satunya untuk
log out.
“apa GM
memang sengaja menginginkan kita log out semua?” Tanyaku ditengah pertempuran.
Yuki
menepis panah, “Entah, aku nggak paham. Aku belum sempat melihat dunia The End,
tempat naga Ender! Aku belum bisa log out sekarang!”
(Terkadang
uji coba di masa beta, ketidak stabilan mungkin terjadi. Aku rasa GM punya
maksud dan tujuan tersendiri ia melakukan hal tersebut. Tiba-tiba, tanpa adanya
kesepakatan sebelumnya)
*trang!
(Tapi,
kalau kita semua bersikukuh berada di sini. Sampai kapan? Tubuh kita tidak
mungkin menerima asupan nutrisi lewat infus terus menerus!)
*trang!
“tumben
Irma. Kamu bisa nepis panah berturut-turut hanya pake belati,” Celetuk Yuki, ia
kagum melihat pergerakan instan yang aku lakukan ketika ada panah melesat ke
diriku.
“itu tidak
sengaja.” Potongku cepat dan melanjutkan membabat beberapa zombi.
(Kalau log
out. Aku bisa keluar, tapi ingatan yang ada di dunia ini. Sirna, aku bangun
dengan keadaan seperti terbangun dari tidur biasa. Sedangkan—)
*klang
*klang
(—tanggungan
tugas akhir…)
*stuck
*stuck!
Belikat
kanan tertembak dua panah, efek parali—
Dengan
geram aku tebas sembari memadukan dash. Belati sepanjang siku, menyayat
mereka, 4 skeleton yang kebetulan berbaris rata. Mereka langsung pecah jadi
kepingan poligon cahaya karena bagian vital mereka terkena iris yang fatal.
Sontak aku
menyarungkan belati, dan berusaha mencabut dua panah yang menancap. Menjeda
serangan, meminta cover sejenak.
“Yuki,
cover. Tolong.”
Ia langsung
melompat mundur, dan melakukan deffend sementara.
Seperti
biasanya. Kala aku sedang mencabut paksa dua panah yang menancap. Para
skeleton, tulang belulang, mereka seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan
ini. Hasrat membunuh mereka terasa, dilihat dari cara mereka yang langsung
sigap menarik busur dan mengarahkan panahnya.
“delapan
skeleton. Ini gila.” Gumanku seraya terus menarik perlahan agar panah ini mau
terlepas dari cengkramannya. Sedikitnya, cahaya merah redup terpancar kecil
tiap kali aku berusaha menariknya cukup keras.
Yuki
menyilangkan pedang, lalu meluruskannya bersamaan. “I can handle this alone you
know.”
“don’t tell
me that your stamina will exhausted later.”
Ia diam,
tidak merespon.
“remember,
I can’t do revive when you get knocked down.”
“So am I
too. I haven’t found up The End’s realm. I don’t wanna die and do silly.”
Ucapan Yuki
tersirat bahwa ia tidak bisa menanganinya dengan baik, delapan skeleton bila
menembak bersamaan. Ia mungkin dapat menepisnya untuk serangan pertama. Tapi,
serangan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Mungkin tidak.
*kreett
Mereka
menarik pegas, berurutan namun seirama. Mata Yuki berusaha memperhitungkan,
panah mana yang melesat duluan. Sisi mana yang harus ia jaga terlebih dulu,
lebih efektif manakah skill serang yang sesuai untuk dijadikan kombo.
*spang
*spang *spang
*klang!
*kletak!
Separuh
dari mereka terpental mundur karena panah asing melesat mengenai badan.
Memberikan efek knockback, hal ini membuat aim (baca: incar)
mereka jadi kacau dan meleset. Meski tidak semua, ada 4 panah yang mengarah ke
Aku dan Yuki.
*trang
*trang! *klang!
Yuki dapat
menebasnya dengan baik.
“eh, siapa
itu tadi? Ada backup?” Ujar Yuki menoleh kanan-kiri lalu mendapati gerombolan
manusia maju seraya menjunjung tinggi senjata utama mereka.
Mereka
langsung berpencar dan membabat beberapa mob hostile yang berkeliaran. Karena
berjumlah banyak, mob hostile dapat diatasi dengan baik dan cepat.
“Iruma!
Yukina! Woi kalian!” Seru salah satu dari mereka.
Poin hp 80
persen, stamina tersisa tinggal 30 persen, poin wareg 20 persen tersisa. Mereka
datang di saat yang tepat.
“kalian,
retreat! Kami yang nahan ini!” Seru yang lain diikuti seruan semangat membakar.
Si Yuki
menghela napas lega, “hah hah.. untung, untung saja.. tunggu, aku bantu.”
Ujarnya sembari mulai mencabut dua panah yang menancap.
Mereka
merangsek maju, entah apa yang membuat mereka semangat setelah beberapa saat
yang lalu sempat down.
Setengah
tertatik aku berjalan. Entah kenapa, tapi langkah kaki ini sedikit kacau. Si
Yuki merespon langsung membantu menopang agar aku dapat berjalan dengan benar.
“luka
tusukan itu pulihnya lama, sementara minum botol ini.” Ujar Lenka.
Aku
menerima, tertera panel teks nyaris transparan. Bertuliskan ‘Potion of
Healing’.
“Dari mana
kamu dapat ini? Kamu meraciknya sendiri… Len?”
“sudah
nanti saja tanyanya, cepat minum dulu. Luka tusukan itu kalau kena serangan
lagi, damage-nya fatal!” Ujarnya seraya mendorong botol yang aku genggam.
“ah ok ok.”
*gleg
Saat ini.
Aku dan Yuki berada di posko tempat para pemanah berada. Karena itu Lenka dan
Ian berada di sini. Begitu sampai di tembok benteng kecil, Lenka langsung
menghampiri dan menuntun kami untuk sampai di posko.
“Yuki, poin
wareg—“
“Iruma.
Ini, makan. Lukamu harus cepat pulih.”
“ah.. ok
ok..”
<Cooked
Beef/Daging sapi masak>
Si Yuki
melirik, ia menghela napas lalu menyeka sesuatu. Itu adalah gestur membuka
menu.
Tanpa
berkomentar, ia memunculkan sekerat daging cukup besar dan telah masak. Tanpa
ragu, ia langsung melahapnya perlahan.
“Irma,
dimakan. Nanti keburu dingin.” Ujar Lenka lagi.
Aku mengangguk
singkat, “ok ok.” Dan mulai memakan potongan daging sapi masak.
Formasi
pertahanan malam ini begitu kompleks. Karena basecamp terdiri dari banyak
orang/pemain. Mereka masing-masing punya talenta/bakat bermacam-macam. Meskipun
begitu, jarang mereka memilih untuk jadi penambang. Rata-rata memilih untuk
jadi petarung atau hal-hal yang berhubungan dengan fisik, kecuali menambang.
Mereka
berpendapat kalau menambang di minecraft ini (untuk para pemain minecraft
veteran), lebih sulit karena perlu konsentrasi luar dalam. Sampai kualitas
tambang dipengaruhi oleh talenta dan banyak tidaknya pengalaman dalam hal
tambang-menambang.
Tapi mereka
yang memiliki bakat penambang, anehnya tidak punya bakat lain selain miner dan
turunan keluarganya. Sebagian besar dari mereka memilih talenta miner
karena ketidak sengajaan. Minoritas karena minat awal, adalah satuan komunitas
kecil.
“Lenka,
satukan bidikan. Kita bantu yang arah 11.”
Ia langsung
berdiri dan menarik panah dan busurnya, mulai membidik.
“Kamu
melihatnya?”
“Ya ya, aku
paham.”
“satukan
irama. Kita hujani mereka, tapi jangan sampai terkena para petarung baris
depan!” Seru komandan pemanah.
(Mereka
punya orang yang andil dalam hal ini. Aku rasa tempat ini bisa bertahan selagi
mereka mempertahankan kekompakan seperti—)
*vwomp!
“Yuki!?”
Aku menyeru spontan, begitu juga Yuki. Ia reflek bersiap berdiri dengan tangan
menggenggam satu gagang pedangnya.
“ya, aku
mendengarnya.” Gumannya cepat.
(Gawat, ini
kalau endermen lalu-lalang di sekitar sini. Para archer dalam bahaya)
“Irma.”
“ya?”
Tatapan
awas, posisi siaga. Yuki berujar “Para archer di sini mungkin sebagian belum
pernah main minecraft. Mereka kemungkinan bisa memicu endermen untuk teleport
di sini karena melihat mata endermen.”
“itu yang
aku takutkan.”
“hentikan
menembak, informasi darurat!” Seru Ian memecah konsentrasi membidik.
Mereka
melonggarkan busur dan menoleh pada sumber seruan. Ian.
“malam ini,
endermen muncul atau spawn. Hati-hati, kita pemanah tidak bisa mengalahkannya.
Tiap kali kita membidik ke tubuh mereka, tepatnya mata. Mereka langsung terpicu
dan melakukan teleport, kalau endermen teleport di posko ini. Tamat sudah.”
Ujar Ian panjang lebar.
Yuki
berdiri tiba-tiba, “aku dan Irma bisa menangani itu. Tapi aku tidak bisa
menjamin keselamatan kalian. Meski kalau kalian mati, kalian akan log out.
Tapi, tidak semua di sini ingin segera mati. Pasti masih ingin sedikit lebih
lama menikmati dan jalan-jalan di dunia ini kan?”
Sebagian
dari mereka menjawab anggukan singkat, beberapa tidak merespon tapi memperhatikan.
“Yukina,
Iruma. Bisa kalian jelaskan tentang mekanisme mob Endermen? Beberapa archer di
sini ada yang belum pernah sama sekali main minecraft. Jadi.. tolong,”
“siap as
always.” Ujar Yuki seraya menyeka sebagian poninya yang menghalangi mata kirinya.
“mereka
panjang dan tinggi. Bertubuh gelap, identik dengan hitam. Menyatu dengan
kegelapan, bayangan.”
“serangan
apapun mempan. Tapi untuk pemanah, tidak!”
“ia spontan
langsung teleport, seperti yang dikatakan oleh Ian tadi. Untuk saat ini, aku belum
pernah lihat ada pemain membunuh endermen dengan lontaran anak panah.” Ujar
Yuki.
“di samping
itu, endermen murninya ia adalah mob netral. Artinya ia tidak akan menyerang,
kecuali ada sesuatu yang memicunya.”
“pemicunya
adalah ada seorang yang melukainya, membidiknya..” Tambah Yuki.
Aku
menyahut, “…Dan melirik kedua matanya. Yang berwarna ungu.”
Informasi
ini penting sekali, pemanah tidak mungkin dapat melukai endermen. Kecuali ia
punya perlengkapan lain selain busur dan panah.
“Ian. Apa
di baris depan, mereka sudah tahu tentang endermen?” Tanyaku.
“belum,
tapi sebagian dari mereka yang maju di garda terdepan. Mereka memproklamirkan
kalau sudah pernah main minecraft sebelumnya.”
“tapi,
minecraft di sini. Berbeda drastis, ada kemungkinan endermen punya model
serangan/skill yang baru dan beda dibandingkan minecraft aslinya.” Keluhku
cepat.
***
“Makhluk
apa itu?”
“Itu spider
jockey!! Hati-hati! Jangan dekat-dekat!”
*stuck
*stuk
“Kuhaaaaa!!!”
Seru pemain lain.
Para
petarung baris depan sontak terpukul mundur. Adanya makhluk aneh yang perlahan
muncul.
“Para
pemanah, fokuskan tembakan ke laba-laba yang—“ *bruk!
“Adjie!!”
Petarung
pengguna kapak. Mereka biasa memanggilnya Adjie. Ia terjatuh sungkur setelah
panah melesat mengenai pelipis.
“Oi Adjie..
Adjie!!” Seru seorang. Ia berlari menghampiri dan menopang tubuh laki-laki.
Pandangannya
kosong, titik hitam matanya menyiratkan ekspresi tidak menyangka.
Tusukan
panahnya mengenai titik vital dan berdamage fatal. Sontak kondisi poin hp nol
tidak dapat dihindari, tubuhnya pecah menjadi ratusan kepingan poligon.
“Spider-jockey?
Armored zombi? Ini gila!”
Yuki
mengatakan, “kalau yang belum paham mekanikalnya, mereka mungkin memusatkan tembak
ke tunggangan. Harusnya—“
“Nggak.
Bukan gitu, mob kombinasi seperti itu harusnya langka dan jarang sekali muncul.
Aku pernah melihatnya, tapi hanya sekilas dan itu ia tidak dalam kondisi
agresif yang haus.” Torehku cepat.
(GM
benar-benar menginginkan kita semua keluar dari sini. Ia mensetting tingkat
agresif dan spawn-rate pada mob meningkat. Perbedaannya saja terlihat kontras
sekali. Tapi—)
*zrashh!
“Rumini!!!”
“Tidak!
Tidak!”
Melihat
seruan para garda terdepan, mulai kocar-kacir. Ian yang menggantikan posisi
komandan pemanah, langsung berujar “Iruma. Bagaimana ini? Mereka para garda
terdepan...”
(Apa aku
harus menggunakan itu?)
Glare
Hunter.
(Tapi,
disamping itu. Apa bisa mengganti semua slot.. jadi—)
*tap
“Irma.”
Yuki membelai pipi. Lamunan terpecah.
“Kamu sudah
membuka fase ketiga bukan?” Ujar Yuki pelan.
“Dari mana
kamu tahu itu?” Balasku pelan pula.
“Kamu kalau
sering melatih fokusmu. Ntar paham sendiri..”
Yuki tanpa
kusadari, ia juga berhasil membuka slot bakat ketiga. Di mana ia bisa menaikkan
fase ketiga pada talenta swordman miliknya.
“...jadi,
gimana. Mau coba eksperimen lagi? Antara Assasin, dengan Glar.. Glare Hun apa
itu?”
“Glare Hunter.
Pemburu kerlingan cahaya.” Koreksiku cepat.
“Nah itu.
Pada fase ketiga ini, penglihatan kamu meningkat bukan? Ayo, kamu yang mengatur
pola serang, nanti aku yang membabat dan final attack-nya langsung kamu Irma!”
Ujar Yuki.
***
“Delapan
orang, keluar sudah. Malam ini kayaknya kita bakal kebabat habis..”
“..Ini
gila, minecraft biasanya. Kalau malam, nggak sesulit ini. Kecuali difficult
ditingkatkan.”
“Uuh. Aku
masih pingin di sini. Belum ketemu atlantis!”
<Kombinasi
talenta berhasil. Talenta saat ini, Glare Hunter>
“Uu.. aku
mencium bau-bau semi tank..” ujar Yuki. Ia melangkah seirama dengan partner.
*crek
“Spider
jockey, chicken jockey. Sebagian skeleton.”
“Tapi, sisanya
pasti zombi. Baby zombie.”
“Yang itu..
bagianmu ya. Yukina. Dexterity-ku tidak cukup kuat untuk menyerang objek
kecil.”
Yuki
menarik pedang, dua sekaligus. “Serahkan padaku. Bring it on! Stealh!”
Si Yuki
menyeru dengan akhir kata mengucapkan mantra untuk mengaktifkan skill.
*trang!
“Kuh!
Pedangku!” Ujarnya spontan setelah bilah tajamnya terpental karena menangkis
proyektil.
*drap *drap
*drap
“Yuki!”
“Ay aye!
Serangan final, setelah aku parry!” Seru Yuki, ia melaju lebih cepat dan
menarik perhatian.
Al hasil,
pengalihan perhatian si Yuki berhasil. Empat skeleton dan dua skeleton
menunggangi laba-laba berhasil terpengaruh.
“Yuki,
jangan mati! Hp-mu pasti nggak bertambah bukan? Malah berkurang.”
Ia
menyeringai tawa, “ahah kamu juga. Makanya itu, aku butuh yang punya nyawa
kandel..”
Empat panah
melesat. Mengarah Yuki. Ia merespon seringai kecil, hanya satu pedang dan
langsung menepis berurutan.
*trang
*klang
Setelah
berhasil menepis semua panah yang dilontar, ia memulai kombo serangan beruntun.
Menyayat, tebas, menari jadi satu.
“Irma!”
Barulah
setelah ia mengeluarkan kombo, beberapa ada yang masih hidup dengan kondisi
nyawa sekarat. Si Yuki menyeru untuk melanjutkan kombonya, serangan final.
(Aku lihat,
Glare Hunter mendapat skill serang yang baru. Mirip seperti slice edge/irisan
tepi. Berbasis satu kali hit, namun dapat di-sweep merata)
“Fatal Charge/Serangan
fatal, one hit!”
*srakk
*slash
Satu
serangan, variasi, damage/kerusakan fatal terlebih bila mengenai bagian vital.
Al hasil,
serangan satu hit namun bisa diterapkan di berbagai macam gaya mengenai semua
hostile yang tersisa.
Dilanjut
dengan menyapu beberapa mob hostile yang muncul beramai-ramai. Sekarang aku
yakin betul kalau GM kemungkinan besar, ia meningkatkan tingkat kesulitan
dengan tujuan para beta tester keluar dari sini.
(Dia tidak
bisa langsung memutuskan hal itu!)
*krak!
“Yuki!”
Ia sigap,
langsung berganti posisi melanjutkan kombo serang.
(Kalau GM
memang ingin semua log out, setidaknya jangan hapus memori ingatan)
“Iruma,
tolong selesaikan. Aku mancing yang lain!” Toreh Yuki.
“Ooke.”
“bagaimana
dengan tugas akhirku yang butuh story-telling?!” Gumanku pelan sembari
melintasi mereka dengan dash, dibarengi irisan yang mengekori tiap
langkah.
*zrashh!
Dua
skeleton terpecah menjadi kepingan poligon. Konsep animasi lebih kompleks dan
nyata.
Sayat demi
sayat, serang demi serang. Entah, sekarang jam berapa sudah? Meski saat ini
kami mungkin mendapat cukup banyak poin experience, tapi tidak mungkin
kesulitan ini berlangsung terus-menerus. Bagaimana dengan—
*chomp!
“ah!”
“Ben? Kau?”
“…Tidak
percaya aku.. mati karena gigitan payah ini,”
*pyar!
Sekitar
sepuluh orang tersingkirkan. Ditakdirkan untuk kembali pulang dalam kondisi
seperti bangun dari mimpi yang nge-blur nan buyar.
Mereka
semangat tanpa pandang bulu, saling tebas menebas orang-orangan dengan baju
compang-camping dan kulit berwarna semu hijau. Zombi namanya, namun beberapa
tidak.
Ada yang
bersikeras maju untuk menyerang, meski diluncurkan banyak proyektil panah ia
tetap maju. Berharap bisa memenggal kepala tengkorak sebelum batang pipih
silinder berhasil mengikis poin hp miliknya. Al hasil, banyak yang gugur dan
tersingkirkan hanya karena mereka kurang persiapan.
“Yukina.
Berapa sudah yang mati?”
Ia menoleh,
bersandar “rasanya, lost count. Hilang hitungan.”
Aku
menyahut, “sepuluh!”
“apa
sepuluh?”
“yep.
Sepuluh. Mereka dihabisi oleh zombi dan skeleton.”
*trang!
“Skeleton?
Harusnya yang belum pernah main minecraft, sebaiknya charge di base saja..”
Yuki berkomentar seraya menepis panah yang melintas, dan maju melawan arus.
Begitu juga
aku, mengikuti pola serangan Yuki. Mentarget beberapa skeleton yang tadi
memanah dirinya.
“tapi,
motivasi mereka apa? eman banget, ya walaupun bisa log out. Tapi masa log out
dengan cara seperti itu?” Toreh Yuki setelah membabat dua skeleton sekaligus.
“kemungkinan
terbesar. Ingin segera log out.”
“tapi
gimana ya? masa…”
*trang!
*drap *drap *drap
“…masa log
out tapi.. ya log out sih log out.. tapi..”
*trang!
“hei hei,
jangan bicara sambil nge-kombo serang! Aku ndak bisa fokus nyesuain pola
serangan kau!” Potongku segera. Ia, Yuki maju mendapati skeleton memanah
dirinya dan terpicu.
“intinya,
aku belum siap log out sekarang. Aku ingin melihat tempat The End! Dunia di
mana naga Ender berada!” Seru Yuki
***
Ruang
penguji beta.
Mata
terbangun, tubuh memberikan respon dan mulai berdiri bangkit. Mereka yang
terhabisi, jatuh dari ketinggian, terkena ledakan makhluk hijau, atau yang
dengan bersedia datang untuk dibabat. Adalah mereka yang terbangun.
Meskipun
sebelumnya ada, tapi tidak se-massive ini. Sekitar 200 penguji beta melakukan
terbangun masal dalam waktu dekat. Namun ketika ditanya apa yang terjadi?
Mereka menggeleng, beberapa malah ingin melanjutkan tidurnya, atau malah
bertanya balik.
Namun,
perlu diingat. Mereka hanya tidak mengingat apa yang dimimpikan kala itu. Hanya
sebatas seperti tidur biasa. Bangun, pikiran kembali fresh.
“karena
adanya kepentingan perawatan fasilitas dan server. Mohon maaf untuk segera
meninggalkan ruang.” Ujar layanan perawatan melalui loudspeaker.
“yah, baru
aja tidur.”
“kira-kira
tadi ngimpi apaan yak? Rasanya aku tidur lama banget.”
…
*brak!
“apa? yang
dilakukannya?” Bentak seorang.
Bagi para
penguji beta yang terbangun, masih huyung setengah sadar. Mereka bingung, siapa
orang ini? Ia bahkan terlihat berbeda dibandingkan para perawat atau petugas.
“siapa
dia?”
“hei kamu!
Mimpi apa kamu tadi?”
Salah satu
yang ditunjuk, ia mengerutkan dahi sekilas. Lalu berguman, “hm… apa ya, tunggu
aku rasa…”
Ia sontak
langsung kesal, dan mengambil sesuatu dari kantong “ah ah, dia ini—“
“Hei kau.
Kamu tidak boleh menyangkut pautkan antara penguji. Mereka innocent, urus
masalah kamu sama yang bersangkutan!” Cegah salah satu pegawai.
Ia geram.
“apa kamu bilang? Kamu ini nggak tahu ak—“
“tunggu
tuan. Yang dikatakan olehnya benar. Kita tidak mungkin melibatkan penguji beta
yang sudah jelas-jelas pah-poh, lupa apa yang ia lakukan di sana. Jadi…”
“Jadi apa?
apa aku harus menunggu sampai dia datang?” Tukasnya seolah tidak menerima
keadaan.
“tunggu
sebentar, sampai tim kita berhasil memahami sistemasi server di sini. Pasti ada
cara untuk mengambil kunci.” Ujar pelayannya menenangkan.
…
Kondisi
server. Berantakan, setelah pertarungan baku hantam. Saling mempertahankan, di
sisi lain mereka merebut. Entah dari mana, para karyawan tidak tahu latar
belakang tindakan yang anarkis.
“kalian ini
tidak tahu apa yang kalian bela. Siapa yang pantas dibela dan dituntut…”
Ujarnya menggema di tempat server utama.
Ruangan
lebar, penuh dengan tombol dengan beberapa section di tiap sisi. Biasanya para
karyawan yang diberi tugas meng-handle, ia akan fokus mengurusi bagian
masing-masing. Namun kini, suasana berantakan. Sebagian besar tertunduk jatuh,
ada yang terluka.
“untung aku
tidak pakai peluru beneran.”
Ia
melangkahi beberapa karyawan yang tersungkur dan terbaring karena lemas. “Kalau
dari kalian ada yang mati karena peluru penenang ini. Aku nyatakan kalian
lemah! Pantas saja, Dia berhasil memperalat kalian!”
“belum ada
lima menit padahal ia masuk. Langsung yang keluar sebanyak ini. Apa yang dia
lakukannya?”
Para
karyawan yang tersungkur lumpuh tidak menjawab. Meskipun pada hakikatnya mereka
sadar, tetapi tubuhnya lemas dan tidak dapat digerakkan. Sedangkan tim-nya
berusaha keras memahami sistemasi mesin yang berjalan, dalam artian mereka
berusaha memahami program yang hendak mereka ambil.
“uhuk.”
Salah satu
karyawan terbatuk ringan. Ia langsung jeli dan mengintrogasinya, “kamu. Kamu.
Apa yang dilakukannya? Belum sepuluh menit, tapi seketika langsung pada keluar.
Apa ia punya kemampuan mengontrol otak mereka?”
Ia tidak
mengucapkan sepatah kata apapun, meski pun ia dipaksa menghadap dengan kondisi
tubuh yang lumpuh tidak dapat bergerak.
“sih.. aku
harus pakai serum kejujuran kalau sudah gini..”
…
“jadi, apa
yang dia lakukan? Lima menit, langsung berefek pada keluar.”
Ia setengah
terhuyung namun dipaksa sadar dan menghadap. “waktu di sini dengan di sana…
beda.”
“beda? Apa
yang.. HEI KAU! CEPAT PAHAMI SISTEMNYA! WAKTU KITA NGGAK BANYAK!”
Tidak ada komentar: