MINECRAFTER VOL. 7 - BAB 21: MULTI THREAD

 

Bab 21: Multi thread

 

Masih berlanjut, shift jaga malam dengan mob tanpa henti bermunculan. Dengan ini prasangka kalau tingkat kesulitan dalam game ini berangsur naik semenjak peristiwa seruan/shout yang mengumumkan selamat datang dan cara satu-satunya untuk log out.

“apa GM memang sengaja menginginkan kita log out semua?” Tanyaku ditengah pertempuran.

Yuki menepis panah, “Entah, aku nggak paham. Aku belum sempat melihat dunia The End, tempat naga Ender! Aku belum bisa log out sekarang!”

(Terkadang uji coba di masa beta, ketidak stabilan mungkin terjadi. Aku rasa GM punya maksud dan tujuan tersendiri ia melakukan hal tersebut. Tiba-tiba, tanpa adanya kesepakatan sebelumnya)

*trang!

(Tapi, kalau kita semua bersikukuh berada di sini. Sampai kapan? Tubuh kita tidak mungkin menerima asupan nutrisi lewat infus terus menerus!)

*trang!

“tumben Irma. Kamu bisa nepis panah berturut-turut hanya pake belati,” Celetuk Yuki, ia kagum melihat pergerakan instan yang aku lakukan ketika ada panah melesat ke diriku.

“itu tidak sengaja.” Potongku cepat dan melanjutkan membabat beberapa zombi.

(Kalau log out. Aku bisa keluar, tapi ingatan yang ada di dunia ini. Sirna, aku bangun dengan keadaan seperti terbangun dari tidur biasa. Sedangkan—)

*klang *klang

(—tanggungan tugas akhir…)

*stuck *stuck!

Belikat kanan tertembak dua panah, efek parali—

Dengan geram aku tebas sembari memadukan dash. Belati sepanjang siku, menyayat mereka, 4 skeleton yang kebetulan berbaris rata. Mereka langsung pecah jadi kepingan poligon cahaya karena bagian vital mereka terkena iris yang fatal.

Sontak aku menyarungkan belati, dan berusaha mencabut dua panah yang menancap. Menjeda serangan, meminta cover sejenak.

“Yuki, cover. Tolong.”

Ia langsung melompat mundur, dan melakukan deffend sementara.

 

Seperti biasanya. Kala aku sedang mencabut paksa dua panah yang menancap. Para skeleton, tulang belulang, mereka seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Hasrat membunuh mereka terasa, dilihat dari cara mereka yang langsung sigap menarik busur dan mengarahkan panahnya.

“delapan skeleton. Ini gila.” Gumanku seraya terus menarik perlahan agar panah ini mau terlepas dari cengkramannya. Sedikitnya, cahaya merah redup terpancar kecil tiap kali aku berusaha menariknya cukup keras.

Yuki menyilangkan pedang, lalu meluruskannya bersamaan. “I can handle this alone you know.”

“don’t tell me that your stamina will exhausted later.”

Ia diam, tidak merespon.

“remember, I can’t do revive when you get knocked down.”

“So am I too. I haven’t found up The End’s realm. I don’t wanna die and do silly.”

Ucapan Yuki tersirat bahwa ia tidak bisa menanganinya dengan baik, delapan skeleton bila menembak bersamaan. Ia mungkin dapat menepisnya untuk serangan pertama. Tapi, serangan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Mungkin tidak.

*kreett

Mereka menarik pegas, berurutan namun seirama. Mata Yuki berusaha memperhitungkan, panah mana yang melesat duluan. Sisi mana yang harus ia jaga terlebih dulu, lebih efektif manakah skill serang yang sesuai untuk dijadikan kombo.

*spang *spang *spang

*klang! *kletak!

Separuh dari mereka terpental mundur karena panah asing melesat mengenai badan. Memberikan efek knockback, hal ini membuat aim (baca: incar) mereka jadi kacau dan meleset. Meski tidak semua, ada 4 panah yang mengarah ke Aku dan Yuki.

*trang *trang! *klang!

Yuki dapat menebasnya dengan baik.

 

“eh, siapa itu tadi? Ada backup?” Ujar Yuki menoleh kanan-kiri lalu mendapati gerombolan manusia maju seraya menjunjung tinggi senjata utama mereka.

Mereka langsung berpencar dan membabat beberapa mob hostile yang berkeliaran. Karena berjumlah banyak, mob hostile dapat diatasi dengan baik dan cepat.

“Iruma! Yukina! Woi kalian!” Seru salah satu dari mereka.

Poin hp 80 persen, stamina tersisa tinggal 30 persen, poin wareg 20 persen tersisa. Mereka datang di saat yang tepat.

“kalian, retreat! Kami yang nahan ini!” Seru yang lain diikuti seruan semangat membakar.

Si Yuki menghela napas lega, “hah hah.. untung, untung saja.. tunggu, aku bantu.” Ujarnya sembari mulai mencabut dua panah yang menancap.

Mereka merangsek maju, entah apa yang membuat mereka semangat setelah beberapa saat yang lalu sempat down.

 

Setengah tertatik aku berjalan. Entah kenapa, tapi langkah kaki ini sedikit kacau. Si Yuki merespon langsung membantu menopang agar aku dapat berjalan dengan benar.

 

“luka tusukan itu pulihnya lama, sementara minum botol ini.” Ujar Lenka.

Aku menerima, tertera panel teks nyaris transparan. Bertuliskan ‘Potion of Healing’.

“Dari mana kamu dapat ini? Kamu meraciknya sendiri… Len?”

“sudah nanti saja tanyanya, cepat minum dulu. Luka tusukan itu kalau kena serangan lagi, damage-nya fatal!” Ujarnya seraya mendorong botol yang aku genggam.

“ah ok ok.”

*gleg

Saat ini. Aku dan Yuki berada di posko tempat para pemanah berada. Karena itu Lenka dan Ian berada di sini. Begitu sampai di tembok benteng kecil, Lenka langsung menghampiri dan menuntun kami untuk sampai di posko.

“Yuki, poin wareg—“

“Iruma. Ini, makan. Lukamu harus cepat pulih.”

“ah.. ok ok..”

<Cooked Beef/Daging sapi masak>

Si Yuki melirik, ia menghela napas lalu menyeka sesuatu. Itu adalah gestur membuka menu.

Tanpa berkomentar, ia memunculkan sekerat daging cukup besar dan telah masak. Tanpa ragu, ia langsung melahapnya perlahan.

“Irma, dimakan. Nanti keburu dingin.” Ujar Lenka lagi.

Aku mengangguk singkat, “ok ok.” Dan mulai memakan potongan daging sapi masak.

 

Formasi pertahanan malam ini begitu kompleks. Karena basecamp terdiri dari banyak orang/pemain. Mereka masing-masing punya talenta/bakat bermacam-macam. Meskipun begitu, jarang mereka memilih untuk jadi penambang. Rata-rata memilih untuk jadi petarung atau hal-hal yang berhubungan dengan fisik, kecuali menambang.

Mereka berpendapat kalau menambang di minecraft ini (untuk para pemain minecraft veteran), lebih sulit karena perlu konsentrasi luar dalam. Sampai kualitas tambang dipengaruhi oleh talenta dan banyak tidaknya pengalaman dalam hal tambang-menambang.

Tapi mereka yang memiliki bakat penambang, anehnya tidak punya bakat lain selain miner dan turunan keluarganya. Sebagian besar dari mereka memilih talenta miner karena ketidak sengajaan. Minoritas karena minat awal, adalah satuan komunitas kecil.

“Lenka, satukan bidikan. Kita bantu yang arah 11.”

Ia langsung berdiri dan menarik panah dan busurnya, mulai membidik.

“Kamu melihatnya?”

“Ya ya, aku paham.”

“satukan irama. Kita hujani mereka, tapi jangan sampai terkena para petarung baris depan!” Seru komandan pemanah.

 

(Mereka punya orang yang andil dalam hal ini. Aku rasa tempat ini bisa bertahan selagi mereka mempertahankan kekompakan seperti—)

*vwomp!

“Yuki!?” Aku menyeru spontan, begitu juga Yuki. Ia reflek bersiap berdiri dengan tangan menggenggam satu gagang pedangnya.

“ya, aku mendengarnya.” Gumannya cepat.

(Gawat, ini kalau endermen lalu-lalang di sekitar sini. Para archer dalam bahaya)

“Irma.”

“ya?”

Tatapan awas, posisi siaga. Yuki berujar “Para archer di sini mungkin sebagian belum pernah main minecraft. Mereka kemungkinan bisa memicu endermen untuk teleport di sini karena melihat mata endermen.”

“itu yang aku takutkan.”

“hentikan menembak, informasi darurat!” Seru Ian memecah konsentrasi membidik.

Mereka melonggarkan busur dan menoleh pada sumber seruan. Ian.

“malam ini, endermen muncul atau spawn. Hati-hati, kita pemanah tidak bisa mengalahkannya. Tiap kali kita membidik ke tubuh mereka, tepatnya mata. Mereka langsung terpicu dan melakukan teleport, kalau endermen teleport di posko ini. Tamat sudah.” Ujar Ian panjang lebar.

Yuki berdiri tiba-tiba, “aku dan Irma bisa menangani itu. Tapi aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian. Meski kalau kalian mati, kalian akan log out. Tapi, tidak semua di sini ingin segera mati. Pasti masih ingin sedikit lebih lama menikmati dan jalan-jalan di dunia ini kan?”

Sebagian dari mereka menjawab anggukan singkat, beberapa tidak merespon tapi memperhatikan.

“Yukina, Iruma. Bisa kalian jelaskan tentang mekanisme mob Endermen? Beberapa archer di sini ada yang belum pernah sama sekali main minecraft. Jadi.. tolong,”

“siap as always.” Ujar Yuki seraya menyeka sebagian poninya yang menghalangi mata kirinya.

 

“mereka panjang dan tinggi. Bertubuh gelap, identik dengan hitam. Menyatu dengan kegelapan, bayangan.”

“serangan apapun mempan. Tapi untuk pemanah, tidak!”

“ia spontan langsung teleport, seperti yang dikatakan oleh Ian tadi. Untuk saat ini, aku belum pernah lihat ada pemain membunuh endermen dengan lontaran anak panah.” Ujar Yuki.

“di samping itu, endermen murninya ia adalah mob netral. Artinya ia tidak akan menyerang, kecuali ada sesuatu yang memicunya.”

“pemicunya adalah ada seorang yang melukainya, membidiknya..” Tambah Yuki.

Aku menyahut, “…Dan melirik kedua matanya. Yang berwarna ungu.”

 

Informasi ini penting sekali, pemanah tidak mungkin dapat melukai endermen. Kecuali ia punya perlengkapan lain selain busur dan panah.

“Ian. Apa di baris depan, mereka sudah tahu tentang endermen?” Tanyaku.

“belum, tapi sebagian dari mereka yang maju di garda terdepan. Mereka memproklamirkan kalau sudah pernah main minecraft sebelumnya.”

“tapi, minecraft di sini. Berbeda drastis, ada kemungkinan endermen punya model serangan/skill yang baru dan beda dibandingkan minecraft aslinya.” Keluhku cepat.

 

***

“Makhluk apa itu?”

“Itu spider jockey!! Hati-hati! Jangan dekat-dekat!”

*stuck *stuk

“Kuhaaaaa!!!” Seru pemain lain.

Para petarung baris depan sontak terpukul mundur. Adanya makhluk aneh yang perlahan muncul.

 

“Para pemanah, fokuskan tembakan ke laba-laba yang—“ *bruk!

“Adjie!!”

Petarung pengguna kapak. Mereka biasa memanggilnya Adjie. Ia terjatuh sungkur setelah panah melesat mengenai pelipis.

“Oi Adjie.. Adjie!!” Seru seorang. Ia berlari menghampiri dan menopang tubuh laki-laki.

Pandangannya kosong, titik hitam matanya menyiratkan ekspresi tidak menyangka.

Tusukan panahnya mengenai titik vital dan berdamage fatal. Sontak kondisi poin hp nol tidak dapat dihindari, tubuhnya pecah menjadi ratusan kepingan poligon.

 

“Spider-jockey? Armored zombi? Ini gila!”

Yuki mengatakan, “kalau yang belum paham mekanikalnya, mereka mungkin memusatkan tembak ke tunggangan. Harusnya—“

“Nggak. Bukan gitu, mob kombinasi seperti itu harusnya langka dan jarang sekali muncul. Aku pernah melihatnya, tapi hanya sekilas dan itu ia tidak dalam kondisi agresif yang haus.” Torehku cepat.

(GM benar-benar menginginkan kita semua keluar dari sini. Ia mensetting tingkat agresif dan spawn-rate pada mob meningkat. Perbedaannya saja terlihat kontras sekali. Tapi—)

 

*zrashh!

“Rumini!!!”

“Tidak! Tidak!”

 

Melihat seruan para garda terdepan, mulai kocar-kacir. Ian yang menggantikan posisi komandan pemanah, langsung berujar “Iruma. Bagaimana ini? Mereka para garda terdepan...”

(Apa aku harus menggunakan itu?)

Glare Hunter.

(Tapi, disamping itu. Apa bisa mengganti semua slot.. jadi—)

*tap

“Irma.” Yuki membelai pipi. Lamunan terpecah.

“Kamu sudah membuka fase ketiga bukan?” Ujar Yuki pelan.

“Dari mana kamu tahu itu?” Balasku pelan pula.

“Kamu kalau sering melatih fokusmu. Ntar paham sendiri..”

Yuki tanpa kusadari, ia juga berhasil membuka slot bakat ketiga. Di mana ia bisa menaikkan fase ketiga pada talenta swordman miliknya.

“...jadi, gimana. Mau coba eksperimen lagi? Antara Assasin, dengan Glar.. Glare Hun apa itu?”

“Glare Hunter. Pemburu kerlingan cahaya.” Koreksiku cepat.

“Nah itu. Pada fase ketiga ini, penglihatan kamu meningkat bukan? Ayo, kamu yang mengatur pola serang, nanti aku yang membabat dan final attack-nya langsung kamu Irma!” Ujar Yuki.

 

***

“Delapan orang, keluar sudah. Malam ini kayaknya kita bakal kebabat habis..”

“..Ini gila, minecraft biasanya. Kalau malam, nggak sesulit ini. Kecuali difficult ditingkatkan.”

“Uuh. Aku masih pingin di sini. Belum ketemu atlantis!”

 

<Kombinasi talenta berhasil. Talenta saat ini, Glare Hunter>

“Uu.. aku mencium bau-bau semi tank..” ujar Yuki. Ia melangkah seirama dengan partner.

*crek

“Spider jockey, chicken jockey. Sebagian skeleton.”

“Tapi, sisanya pasti zombi. Baby zombie.”

“Yang itu.. bagianmu ya. Yukina. Dexterity-ku tidak cukup kuat untuk menyerang objek kecil.”

Yuki menarik pedang, dua sekaligus. “Serahkan padaku. Bring it on! Stealh!”

Si Yuki menyeru dengan akhir kata mengucapkan mantra untuk mengaktifkan skill.

 

*trang!

“Kuh! Pedangku!” Ujarnya spontan setelah bilah tajamnya terpental karena menangkis proyektil.

*drap *drap *drap

“Yuki!”

“Ay aye! Serangan final, setelah aku parry!” Seru Yuki, ia melaju lebih cepat dan menarik perhatian.

Al hasil, pengalihan perhatian si Yuki berhasil. Empat skeleton dan dua skeleton menunggangi laba-laba berhasil terpengaruh.

“Yuki, jangan mati! Hp-mu pasti nggak bertambah bukan? Malah berkurang.”

Ia menyeringai tawa, “ahah kamu juga. Makanya itu, aku butuh yang punya nyawa kandel..”

 

Empat panah melesat. Mengarah Yuki. Ia merespon seringai kecil, hanya satu pedang dan langsung menepis berurutan.

*trang *klang

Setelah berhasil menepis semua panah yang dilontar, ia memulai kombo serangan beruntun. Menyayat, tebas, menari jadi satu.

 

“Irma!”

Barulah setelah ia mengeluarkan kombo, beberapa ada yang masih hidup dengan kondisi nyawa sekarat. Si Yuki menyeru untuk melanjutkan kombonya, serangan final.

(Aku lihat, Glare Hunter mendapat skill serang yang baru. Mirip seperti slice edge/irisan tepi. Berbasis satu kali hit, namun dapat di-sweep merata)

“Fatal Charge/Serangan fatal, one hit!”

*srakk *slash

Satu serangan, variasi, damage/kerusakan fatal terlebih bila mengenai bagian vital.

Al hasil, serangan satu hit namun bisa diterapkan di berbagai macam gaya mengenai semua hostile yang tersisa.

 

Dilanjut dengan menyapu beberapa mob hostile yang muncul beramai-ramai. Sekarang aku yakin betul kalau GM kemungkinan besar, ia meningkatkan tingkat kesulitan dengan tujuan para beta tester keluar dari sini.

(Dia tidak bisa langsung memutuskan hal itu!)

*krak!

“Yuki!”

Ia sigap, langsung berganti posisi melanjutkan kombo serang.

(Kalau GM memang ingin semua log out, setidaknya jangan hapus memori ingatan)

“Iruma, tolong selesaikan. Aku mancing yang lain!” Toreh Yuki.

“Ooke.”

“bagaimana dengan tugas akhirku yang butuh story-telling?!” Gumanku pelan sembari melintasi mereka dengan dash, dibarengi irisan yang mengekori tiap langkah.

*zrashh!

Dua skeleton terpecah menjadi kepingan poligon. Konsep animasi lebih kompleks dan nyata.

 

Sayat demi sayat, serang demi serang. Entah, sekarang jam berapa sudah? Meski saat ini kami mungkin mendapat cukup banyak poin experience, tapi tidak mungkin kesulitan ini berlangsung terus-menerus. Bagaimana dengan—

*chomp!

“ah!”

“Ben? Kau?”

“…Tidak percaya aku.. mati karena gigitan payah ini,”

*pyar!

 

Sekitar sepuluh orang tersingkirkan. Ditakdirkan untuk kembali pulang dalam kondisi seperti bangun dari mimpi yang nge-blur nan buyar.

Mereka semangat tanpa pandang bulu, saling tebas menebas orang-orangan dengan baju compang-camping dan kulit berwarna semu hijau. Zombi namanya, namun beberapa tidak.

Ada yang bersikeras maju untuk menyerang, meski diluncurkan banyak proyektil panah ia tetap maju. Berharap bisa memenggal kepala tengkorak sebelum batang pipih silinder berhasil mengikis poin hp miliknya. Al hasil, banyak yang gugur dan tersingkirkan hanya karena mereka kurang persiapan.

“Yukina. Berapa sudah yang mati?”

Ia menoleh, bersandar “rasanya, lost count. Hilang hitungan.”

Aku menyahut, “sepuluh!”

“apa sepuluh?”

“yep. Sepuluh. Mereka dihabisi oleh zombi dan skeleton.”

*trang!

“Skeleton? Harusnya yang belum pernah main minecraft, sebaiknya charge di base saja..” Yuki berkomentar seraya menepis panah yang melintas, dan maju melawan arus.

Begitu juga aku, mengikuti pola serangan Yuki. Mentarget beberapa skeleton yang tadi memanah dirinya.

 

“tapi, motivasi mereka apa? eman banget, ya walaupun bisa log out. Tapi masa log out dengan cara seperti itu?” Toreh Yuki setelah membabat dua skeleton sekaligus.

“kemungkinan terbesar. Ingin segera log out.”

“tapi gimana ya? masa…”

*trang! *drap *drap *drap

“…masa log out tapi.. ya log out sih log out.. tapi..”

*trang!

“hei hei, jangan bicara sambil nge-kombo serang! Aku ndak bisa fokus nyesuain pola serangan kau!” Potongku segera. Ia, Yuki maju mendapati skeleton memanah dirinya dan terpicu.

“intinya, aku belum siap log out sekarang. Aku ingin melihat tempat The End! Dunia di mana naga Ender berada!” Seru Yuki

 

***

Ruang penguji beta.

Mata terbangun, tubuh memberikan respon dan mulai berdiri bangkit. Mereka yang terhabisi, jatuh dari ketinggian, terkena ledakan makhluk hijau, atau yang dengan bersedia datang untuk dibabat. Adalah mereka yang terbangun.

Meskipun sebelumnya ada, tapi tidak se-massive ini. Sekitar 200 penguji beta melakukan terbangun masal dalam waktu dekat. Namun ketika ditanya apa yang terjadi? Mereka menggeleng, beberapa malah ingin melanjutkan tidurnya, atau malah bertanya balik.

Namun, perlu diingat. Mereka hanya tidak mengingat apa yang dimimpikan kala itu. Hanya sebatas seperti tidur biasa. Bangun, pikiran kembali fresh.

“karena adanya kepentingan perawatan fasilitas dan server. Mohon maaf untuk segera meninggalkan ruang.” Ujar layanan perawatan melalui loudspeaker.

“yah, baru aja tidur.”

“kira-kira tadi ngimpi apaan yak? Rasanya aku tidur lama banget.”

 

*brak!

“apa? yang dilakukannya?” Bentak seorang.

Bagi para penguji beta yang terbangun, masih huyung setengah sadar. Mereka bingung, siapa orang ini? Ia bahkan terlihat berbeda dibandingkan para perawat atau petugas.

“siapa dia?”

“hei kamu! Mimpi apa kamu tadi?”

Salah satu yang ditunjuk, ia mengerutkan dahi sekilas. Lalu berguman, “hm… apa ya, tunggu aku rasa…”

Ia sontak langsung kesal, dan mengambil sesuatu dari kantong “ah ah, dia ini—“

“Hei kau. Kamu tidak boleh menyangkut pautkan antara penguji. Mereka innocent, urus masalah kamu sama yang bersangkutan!” Cegah salah satu pegawai.

Ia geram. “apa kamu bilang? Kamu ini nggak tahu ak—“

“tunggu tuan. Yang dikatakan olehnya benar. Kita tidak mungkin melibatkan penguji beta yang sudah jelas-jelas pah-poh, lupa apa yang ia lakukan di sana. Jadi…”

“Jadi apa? apa aku harus menunggu sampai dia datang?” Tukasnya seolah tidak menerima keadaan.

“tunggu sebentar, sampai tim kita berhasil memahami sistemasi server di sini. Pasti ada cara untuk mengambil kunci.” Ujar pelayannya menenangkan.

Kondisi server. Berantakan, setelah pertarungan baku hantam. Saling mempertahankan, di sisi lain mereka merebut. Entah dari mana, para karyawan tidak tahu latar belakang tindakan yang anarkis.

“kalian ini tidak tahu apa yang kalian bela. Siapa yang pantas dibela dan dituntut…” Ujarnya menggema di tempat server utama.

Ruangan lebar, penuh dengan tombol dengan beberapa section di tiap sisi. Biasanya para karyawan yang diberi tugas meng-handle, ia akan fokus mengurusi bagian masing-masing. Namun kini, suasana berantakan. Sebagian besar tertunduk jatuh, ada yang terluka.

“untung aku tidak pakai peluru beneran.”

Ia melangkahi beberapa karyawan yang tersungkur dan terbaring karena lemas. “Kalau dari kalian ada yang mati karena peluru penenang ini. Aku nyatakan kalian lemah! Pantas saja, Dia berhasil memperalat kalian!”

“belum ada lima menit padahal ia masuk. Langsung yang keluar sebanyak ini. Apa yang dia lakukannya?”

Para karyawan yang tersungkur lumpuh tidak menjawab. Meskipun pada hakikatnya mereka sadar, tetapi tubuhnya lemas dan tidak dapat digerakkan. Sedangkan tim-nya berusaha keras memahami sistemasi mesin yang berjalan, dalam artian mereka berusaha memahami program yang hendak mereka ambil.

“uhuk.”

Salah satu karyawan terbatuk ringan. Ia langsung jeli dan mengintrogasinya, “kamu. Kamu. Apa yang dilakukannya? Belum sepuluh menit, tapi seketika langsung pada keluar. Apa ia punya kemampuan mengontrol otak mereka?”

Ia tidak mengucapkan sepatah kata apapun, meski pun ia dipaksa menghadap dengan kondisi tubuh yang lumpuh tidak dapat bergerak.

“sih.. aku harus pakai serum kejujuran kalau sudah gini..”

“jadi, apa yang dia lakukan? Lima menit, langsung berefek pada keluar.”

Ia setengah terhuyung namun dipaksa sadar dan menghadap. “waktu di sini dengan di sana… beda.”

“beda? Apa yang.. HEI KAU! CEPAT PAHAMI SISTEMNYA! WAKTU KITA NGGAK BANYAK!”

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.